Belakangan sebagian perempuan mulai menunda usia pernikahan hingga kehamilan. Beberapa alasan penundaan tersebut di antaranya untuk mengejar karir, mencukupi kebutuhan keluarga, membiayai pendidikan saudara dan sebagainya. Maka tidak jarang ditemukan perempuan yang baru melangkah ke pelaminan di usia 30 ke atas.
Nyatanya, kehamilan di usia 35 tahun ke atas bisa berisiko. Hal ini diungkapkan oleh Dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis kedokteran fetomaternal dari RS Pondok Indah dr Novan Satya Pamungkas, Sp. O. G, Subsp. KFM. "Kehamilan dengan usia di atas 35 tahun meningkat risiko ibu dan janinnya," ungkapnya pada media briefing yang diselenggarakan oleh RS Pondok Indah di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Penjelasan Dokter Subspesialis Fetomaternal Tentang Risiko Hamil di Usia 35 Tahun ke Atas BKKBN RI Harap Papua Barat Jaga Tren Penurunan Stunting, Hamil Usia di Atas 35 Tahun Risiko Tinggi Syahrini Diisukan Hamil di Usia 43 Tahun Setelah 5 Tahun Nkah, Ini 3 Risiko Hamil Usia 40 Tahun
Viral karena Dianggap Melarang Hamil, Kepala BKKBN Ingatkan Hamil di Atas 35 Tahun Lebih Berisiko Hamil Usia Tua Risiko Rentan Picu Stunting Kepala BKKBN: Perempuan di Atas 35 Tahun Boleh Hamil Tapi Harus Cek Kesehatan
Viral di Medsos Kabar Syahrini Hamil Anak Pertama, Ketahui Risiko Mengandung di Usia Inces 43 Tahun Bolehkan Ibu Hamil Tetap Berpuasa Ramadan? Begini Penjelasan Dokter Ia menjelaskan apa dampaknya. Pertama, kualitas dan kuantitas sel telur yang menurun.
Pada perempuan, sejak lahir telah ada sel telur. "Awal lahir (perempuan), sel telur itu misalnya 1 juta. Selama dalam usia reproduksi, sel telur akan terbuang seiring siklus haid. Akan keluar, mati. Saat usia 35 tahun kualitas dan kuantitas akan menurun," tambahnya. Apalagi ditambah dengan pajanan polusi, dan gaya hidup tidak baik, ini akan memperburuk sel telur.
"Karena produk sel telur sudah menurun, tidak baik, akan menghasilkan produksi konsepsi, hasilnya kurang baik," jelasnya. Selain itu usia 35 tahun fungsi hormon, reproduksi berpotensi mengalami gangguan, sehingga butuh bantuan berupa teknologi bayi tabung dan lainnya. Lebih lanjut, dr Novan pun ungkap kehamilan berisiko lainnya.
Penyakit ini, kata dr Novan masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada ibu hamil. Ibu yang memiliki masalah tekanan darah tinggi juga berisiko menyebabkan preelakmsia. Komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya bagi ibu dan janin, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
Contohnya sifilis dan human immunodeficiency virus (HIV). "Kehamilan kembar bukan keadaan normal. Sebenarnya rahim ibu, di desain hanya cukup satu bayi. Kebayang dua bayi atau lebih dia harus berbagi ruang sempit. Tentu berisiko terjadi komplikasi. Paling sering adalah persalinan prematur," tutupnya. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.